Selasa, 18 Mei 2010

Filosofi tembang "Lir-Ilir"


Lir-ilir, lir-ilir

Tandure wus sumilir

Tak ijo royo-royo

Tak sengguh temanten anyar

Bocah angon, bocah angon

Penekna belimbing kuwi

Lunyu-lunyu penekna

Kanggo mbasuh dodod iro

Dodod iro, dodod iro

Kumitir bedhah ing pinggir

Dondomana, jlumatana

Kanggo seba mengko sore

Mumpung padhang rembulane

Mumpung jembar kalangane

Yo surak’a, surak “hiyoo”

Terjemahan Bahasa Indonesia :

Ayo bangun (dari tidur),

tanam-tanaman sudah mulai bersemi,

demikian menghijau terlihat

bagaikan pengantin baru

Wahai gembala,

ambillah buah blimbing itu,

walaupun licin tetap panjatlah

untuk mencuci pakaian

Pakaian-pakaian

yang telah koyak sisihkanlah

Jahit dan benahilah

untuk menghadap nanti sore

Mumpung sedang terang bulan,

mumpung sedang banyak waktu luang

Mari bersorak-sorak ayo…

Hijau adalah warna perlambang agama Islam yang saat itu kemunculannya bagaikan pengantin baru dan sangat menarik hati. Hijau juga berarti pertumbuhan dan kemudaan.

Syair di atas tidak menuliskan: “Wahai Raja”, "Ulama, Ulama", "Pak Jendral, Pak Jendral", "Intelektual, Intelektual" atau apapun lainnya, melainkan "Bocah Angon, Bocah Angon...". Ini menunjukkan bahwa syair ini ditujukan juga bagi wong cilik, orang kebanyakan.

Karena sesungguhnya orang kebanyakan pun mempunyai tanggungjawab atau amanah sendiri-sendiri. Kullukum roin wa kullukum mas’ulum ‘an roiyatih. Ro’in sendiri dalam bahasa arab biasa diartikan sebagai gembala. Masa kecil Rasullah juga seorang gembala. Orang kecil yang mempunyai amanah yang membutuhkan ketekunan dan kesabaran.

Harus dipanjat dengan hati-hati untuk memperoleh buahnya, bukan ditebang, dirobohkan dan diperebutkan. Ini menjaga kelangsungan dari berkah sang pohon blimbing agar tetap bisa memberikan buahnya di masa yang akan datang.

Air perasan blimbing jaman dahulu biasa digunakan ibu-ibu untuk mencuci pakaian yang kotornya berlebihan. Karena mengandung sifat asam kuat maka baju yang dicuci dengan air blimbing dapat menjadi bersih kembali seperti baru.

Dodot adalah jenis pakaian tradisional Jawa yang sering dipakai pembesar jaman dulu. Bagi masyarakat Jawa, agama adalah ibarat pakaian, maka dodot dipakai sebagai lambang agama atau kepercayaan. Pakaian juga berarti perhiasan. Dan sebaik-baik perhiasan jiwa adalah perhiasan takwa. (fa ta zawwaduu fa inna khoiro zaadi taqwa). Pakaian adalah akhlak, pegangan nilai, landasan moral dan sistem nilai. Pakaian adalah rasa malu, harga diri, kepribadian, tanggung jawab.

Pakaianmu, (yaitu) agamamu atau akhlakmu sudah rusak maka jahitlah (perbaiki). Rusak di pinggir-pinggir artinya bukan rusak total tetapi kurang sempurna. Jadi syair ini menuntun kita untuk menyempurnakan agama dengan keimanan dan ketakwaan yang sempurna pula. Udkhuluu fi silmi kaaffah. Jika engkau melanggar atau mengkhianati amanat, tugas dan fungsimu, maka sesungguhnya engkau sedang menelanjangi dirimu sendiri. Menghinakan diri sendiri.

Pakaian yang robek-robek ini perlu diperbaiki sebagai bekal menghadap Robbmu yang Maha sempurna. Maka dondomono, jlumatono, jahitlah robekan-robekan itu, utuhkan kembali, tegakkan harkat yang selama compang-camping oleh maksiat yang masih dilakukan. Selagi ada cahaya terang yang menuntunmu, selagi masih hidup dan masih ada kesempatan bertobat. Bersemangat dan optimislah. Selagi hidayah Allah masih bisa diraih. Bergembiralah, semoga kalian mendapat anugerah dari Alloh.

Makna Tembang Lir Ilir :

Lir ilir, judul dari tembang di atas. Bukan sekedar tembang dolanan biasa, tapi tembang di atas mengandung makna yang sangat mendalam. Tembang karya Kanjeng Sunan ini memberikan hakikat kehidupan dalam bentuk syair yang indah. Carrol McLaughlin, seorang profesor harpa dari Arizona University terkagum kagum dengan tembang ini, beliau sering memainkannya. Maya Hasan, seorang pemain Harpa dari Indonesia pernah mengatakan bahwa dia ingin mengerti filosofi dari lagu ini. Para pemain Harpa seperti Maya Hasan (Indonesia), Carrol McLaughlin (Kanada), Hiroko Saito (Jepang), Kellie Marie Cousineau (Amerika Serikat), dan Lizary Rodrigues (Puerto Rico) pernah menterjemahkan lagu ini dalam musik Jazz pada konser musik “Harp to Heart“.

Apakah makna mendalam dari tembang ini? Mari kita coba mengupas maknanya

Lir-ilir, lir-ilir tembang ini diawalii dengan ilir-ilir yang artinya bangun-bangun atau bisa diartikan hiduplah (karena sejatinya tidur itu mati) bisa juga diartikan sebagai sadarlah. Tetapi yang perlu dikaji lagi, apa yang perlu untuk dibangunkan?Apa yang perlu dihidupkan? hidupnya Apa ? Ruh? kesadaran ? Pikiran? terserah kita yang penting ada sesuatu yang dihidupkan, dan jangan lupa disini ada unsur angin, berarti cara menghidupkannya ada gerak..(kita fikirkan ini)..gerak menghasilkan udara. ini adalah ajakan untuk berdzikir. Dengan berdzikir, maka ada sesuatu yang dihidupkan.

Tandure wus sumilir, Tak ijo royo-royo tak senggo temanten anyar. Bait ini mengandung makna kalau sudah berdzikir maka disitu akan didapatkan manfaat yang dapat menghidupkan pohon yang hijau dan indah. Pohon di sini artinya adalah sesuatu yang memiliki banyak manfaat bagi kita. Pengantin baru ada yang mengartikan sebagai Raja-Raja Jawa yang baru memeluk agama Islam. Sedemikian maraknya perkembangan masyarakat untuk masuk ke agama Islam, namun taraf penyerapan dan implementasinya masih level pemula, layaknya penganten baru dalam jenjang kehidupan pernikahannya.

Cah angon cah angon penekno blimbing kuwi. Mengapa kok “Cah angon” ? Bukan “Pak Jendral” , “Pak Presiden” atau yang lain? Mengapa dipilih “Cah angon” ? Cah angon maksudnya adalah seorang yang mampu membawa makmumnya, seorang yang mampu “menggembalakan” makmumnya dalam jalan yang benar. Lalu,kenapa “Blimbing” ? Ingat sekali lagi, bahwa blimbing berwarna hijau (ciri khas Islam) dan memiliki 5 sisi. Jadi blimbing itu adalah isyarat dari agama Islam, yang dicerminkan dari 5 sisi buah blimbing yang menggambarkan rukun Islam yang merupakan Dasar dari agama Islam. Kenapa “Penekno” ? ini adalah ajakan para wali kepada Raja-Raja tanah Jawa untuk mengambil Islam dan dan mengajak masyarakat untuk mengikuti jejak para Raja itu dalam melaksanakan Islam.

Lunyu lunyu penekno kanggo mbasuh dodotiro. Walaupun dengan bersusah payah, walupun penuh rintangan, tetaplah ambil untuk membersihkan pakaian kita. Yang dimaksud pakaian adalah taqwa. Pakaian taqwa ini yang harus dibersihkan.

Dodotiro dodotiro, kumitir bedah ing pinggir. Pakaian taqwa harus kita bersihkan, yang jelek jelek kita singkirkan, kita tinggalkan, perbaiki, rajutlah hingga menjadi pakain yang indah ”sebaik-baik pakaian adalah pakaian taqwa“.

dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore. Pesan dari para Wali bahwa suatu ketika kamu akan mati dan akan menemui Sang Maha Pencipta untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatanmu. Maka benahilah dan sempurnakanlah ke-Islamanmu agar kamu selamat pada hari pertanggungjawaban kelak.

Mumpung padhang rembulane, mumpung jembar kalangane. Para wali mengingatkan agar para penganut Islam melaksanakan hal tersebut ketika pintu hidayah masih terbuka lebar, ketika kesempatan itu masih ada di depan mata, ketika usia masih menempel pada hayat kita.

Yo surako surak hiyo. Sambutlah seruan ini dengan sorak sorai “mari kita terapkan syariat Islam” sebagai tanda kebahagiaan. Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu (Al-Anfal :25)

* Diambil dari berbagai sumber. Mohon dikoreksi jika ada kesalahan, karena saya juga manusia yang tak pernah lepas dari salah dan dosa.

Makna versi lain tembang Lir-Ilir :

Lir ilir... lir ilir... tandure wus sumilir :

Sayup-sayup bangun (dari tidur), tanaman-tanaman sudah mulai bersemi,

Kanjeng Sunan mengingatkan agar orang-orang Islam segera bangun dan bergerak. Karena saatnya telah tiba. Bagaikan tanaman yang telah siap dipanen, demikian pula rakyat di Jawa saat itu (setelah kejatuhan Majapahit) telah siap menerima petunjuk dan ajaran Islam dari para wali.

tak ijo royo-royo tak sengguh temanten anyar :

demikian menghijau bagaikan gairah pengantin baru

Hijau adalah simbol warna kejayaan Islam, dan agama Islam disini digambarkan seperti pengantin baru yang menarik hati siapapun yang melihatnya dan membawa kebahagiaan bagi orang-orang sekitarnya. Ada juga penafsiran yang mengatakan bahwa pengantin baru maksudnya adalah raja2 jawa yang baru masuk Islam.

Cah angon... cah angon... penekna blimbing kuwi :

Anak-anak penggembala, tolong panjatkan pohon blimbing itu,

Yang disebut anak gembala disini adalah para pemimpin. Dan belimbing adalah buah bersegi lima, yang merupakan simbol dari lima rukun islam dan sholat lima waktu. Jadi para pemimpin diperintahkan oleh Sunan untuk memberi contoh kepada rakyatnya dengan menjalankan ajaran Islam secara benar. Yaitu dengan menjalankan lima rukun Islam dan sholat lima waktu.

Lunyu lunyu yo peneken kanggo mbasuh dodotira :

walaupun licin tetap panjatlah untuk mencuci pakaian

Dodot adalah sejenis kain kebesaran orang Jawa yang hanya digunakan pada upacara-upacara / saat-saat penting. Dan buah belimbing pada jaman dahulu, karena kandungan asamnya sering digunakan sebagai pencuci kain, terutama untuk merawat kain batik supaya tetap awet. Dengan kalimat ini Sunan memerintahkan orang Islam untuk tetap berusaha menjalankan lima rukun Islam dan sholat lima waktu walaupun banyak rintangannya (licin jalannya). Semuanya itu diperlukan untuk menjaga kehidupan beragama mereka. Karena menurut orang Jawa, agama itu seperti pakaian bagi jiwanya. Walaupun bukan sembarang pakaian biasa

Dodotira... dodotira... kumitir bedah ing pinggir :

Pakaian-pakaian yang koyak disisihkan

Saat itu kemerosotan moral telah menyebabkan banyak orang meninggalkan ajaran agama mereka sehingga kehidupan beragama mereka digambarkan seperti pakaian yang telah rusak dan robek.

Dondomana jrumatana kanggo seba mengko sore :

Jahitlah benahilah untuk menghadap nanti sore

Seba artinya menghadap orang yang berkuasa (raja/gusti), oleh karena itu disebut ‘paseban’ yaitu tempat menghadap raja. Disini Sunan memerintahkan agar orang Jawa memperbaiki kehidupan beragamanya yang telah rusak tadi dengan cara menjalankan ajaran agama Islam secara benar, untuk bekal menghadap Allah SWT di hari nanti.

Mumpung padang rembulane, mumpung jembar kalangane :

Selagi sedang terang rembulannya, selagi sedang banyak waktu luang

Selagi masih banyak waktu, selagi masih banyak kesempatan, perbaikilah kehidupan beragamamu dan bertaubatlah.

Yo surako surak hiyo :

Mari bersorak-sorak ayo...

Bergembiralah, semoga kalian mendapat anugerah dari Tuhan. Disaatnya nanti datang panggilan dari Yang Maha Kuasa nanti, sepatutnya bagi mereka yang telah menjaga kehidupan beragama-nya dengan baik untuk menjawabnya dengan gembira.

Semut Ireng

Semut Ireng anak anak sapi

Kebo bongkang nyabrang kali bengawan

Keong gondhang jarak sungute

Timun wuku gotong wolu

Surabaya gegere kepati

Gegere wong ngoyak macan

Den wadhahi bumbung

Alun alun Kartosura

Gajah mekto cinancang ing tembe buri

Patine cineker ayam

Terjemahan bebas:

(Dari rakyat kebanyakan melahirkan Pemimpin Besar)

(Bila Kutu bisa menyeberang sungai)

(Bila keong bisa melihat jauh)

(Bila beban berat dipikul bersama)

(Surabaya terjadi perang besar)

(Keributan mencari pemimpin/raja)

(Ditangkap dan dipenjara)

(Suatu negara yang luas Indonesia)

(Gajah putih(Belanda) akan terjerat dibelakang hari)

(Matinya di cakar ayam(Jepang) )

0 komentar:

Posting Komentar