Rabu, 29 Desember 2010

PACARAN BACKSTREET, PUTUS ATAU LANJUT ?


Pacaran backstreet memang melelahkan, krena harus pintar-pintar mengatur strategi supaya tidak ketahuan. Mana yang lebih baik, putus ataukah dilanjutkan ?

Kalau sudah dilanda cinta, dunia serasa milik berdua, yang lain pda ngontrak. Joke itu kerap terlontar dikalangan para remaja yang baru merasakan jatuh cinta.

Ketika dunia serasa milik berdua , pasangan sejoli ini tidak akan peduli pada sekelilingnya. Temasuk , aturan tidak boleh pacaran dari orang tua. Bagaimanapun dua sejoli akan berusaha agar cintanya bersatu. Akhirnya keputusan untuk memilih pacaran backstreet pun dijalani mereka yang tidak mendapatkan restu dari lingkungannya.

Sebenarnya , jika diartikan secara arfiah, pacaran backstreet sama dengan pacaran lewat jalan belakang. Dengan gaya backstreet inilah kedua sejoli bisa menjalin hubungan tnpa sepengetahuan orang-orang di sekelilingnya.

Keanyakan, aturan dan larangan memang berasal dari orang tua pihak perempuan. Orang tua pihak perempuan biasanya khawatir kalaumengizinkan putrinya pacaran nanti bisa terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Atau , bisa juga karena orangtua tak menyukai profil pacar anaknya, bis karena beda status sosial, etnis, agama dan semacamnya.

Namun, jiwa remaja yang masih penuh spontanitas sertamerta tak bisa menerima alasan orangtua. Backstreet lah cara pacaran yang dianggap sebagai pilihan yang paling tepat.

DAMPAK

Walaupun backstreet dianggap sebagai cara paling tepat untuk tetap menjalin hubungan, tetap saja da berbagai dampak yang muncul akibat gaya berpacaran seperti itu. Berikut dampaknya :

Rentan konflik

Dalam hubungan dengan gaya backstreet, konflik rentan sekali terjadi. Bukan hanya konflik antara anak dengan orang tua yang memang pasti ada, melainkan juga konflik dalam pasangan itu sendiri. Konflik denga orangtua, terjadi misalnya karena anak selalu menolak diajak pergi keluar. Sebenarnya bukan karena malas, tapi agar bisa bertemu dengan sang kekasih. Lama-kelamaan tentu orangtua akan curiga dan jadi sering marah-marah pada anaknya.

Sedangkan konflik dengan pasangan sendairi bis terjadi karena kesulitan mengatur janji untuk bertemu. Kalau tidak pintar-pintar memahami, pasti jadi gampang berantem.

Depresi

Pacaran backstreet memang lebih berat ketimbang pacaran normal (tidak backstreet). Konflik yang muncul lebih kompleks dan membebani pikiran.

Hal itu akan memicu timbulnya stres. Sebab, ada harapan yang sama-sama tidak terpenuhi. Anak merasa orangtua tidak memenuhi harapannya, begitu juga seballiknya, anak tak memenuhi harapan orangtua.

Kalau kedua belah pihak saling bersikeras, tentu energi negatif yang keluar semakin banyak. Bebaan pikiran yang awalnya hanya sebatas stres, lama-kelamaan berubah depresi.

Muncul rasa bersalah

Backstreet dijalani tentu saja karena terpaksa. Tak heran, mereka yang menjalaninya kerap merasa bersalah pada orang-orang di sekitarnya. Sebab, pacaran lewat jalan belakang ini tak ubahnya seperti pengkhianatan.

Pikir ke depan

Tidak ada yang bisa mengukur kadar cinta seseorang selain mereka yang menjalaninya. Apakah cinta yang diperjuangkan dengan gaya backstreet ini hanya sementara atau malah selamanya ? hanya mereka yang tahu dan bisa memprediksiny.

Dimana ada niat, disitu pasti ada jalan. Karena itu, sebelum memutuskan untuk pacaran,pasangan harus sudah yakin untuk melangkah bersama. Jadi , kalau memang mau backstreet ya jangan tanggung-tanggung. Tunjukan kalau cinta yang dimiliki pasangan memang layak diperjuangkan.

Sedangkan jika dari awal sudah ragu, sebaiknya memang tak usah diteruskan daripada pacaran backstreet tapi akhirnya hanya menyakitkan

Namun kalau sudah terlanjur backstreet, mulailah berpikir kedepan. Akan diteruskan hingga pelaminan atau sampai di sini saja. Apapun keputusan yang diambil, upayakanlah untuk melakukan hal-hal berikut :

Mengakui

Ini merupakan langkah awal jika anda berniat melanjutkan hubungan dengan pasangan. Akuilah perasaan cinta yang ada , akui keberadaaan pasangan yang berarti dalam hidup anda.

Resiko pasti ada tapi sebaiknya orangtua tahu yang sebenarnya. Mereka berhak mendapatkan kejujuran dari anaknya. Meski membutuhkan usaha keras dan keberanian yang kuat, cara ini tetap lebih baik daripada terus menyembunyikan posisi pasngan di hadapan orangtua.


Komunikasi

Kalau sudah mengakui perasaan dan kondisi anda dengan pasangan di hadapan orangtua, akan sangat wajar muncul pertentangan. Bahkan konflik lanjutan yang tak kalah seru. Tetapi sekali lagi, cara ini harus ditempuh untuk meyakinkan orangtua tentang hubungan tersebut. Sebaiknya komunikasikan dengan orangtua mengenai alasan mengenalkan pasaangan. Misalnya, karena anda sudah merasa sangat cocok dan nyaman bersamanya. Lantas, diskusikan bersama alasan orangtua melarang anda pacaran. Berkomunikasi dari hati ke hati ini juga harus dilakukan di waktu yang tepat agar pembicaraan bisa rileks tidak emosional.

Realistis

Kalau dua langkah awal tadi sudah diupoayakan, apapun keputusannya, tetap ada pihak yang harus bersikkap realistis. Kalau hubungan bisa dilanjutkan, artinya orangtua yang harus bersikap realistis, menerima bahawa kebahagiaan anaknya adalah bersama pasangan yang dipilihnya sendiri. Sedangkan jika hubungan harus putus, anda dan pasangan yang harus realistis. Sebab, alasan yang diberikan orangtua tentu lebih common sense. Hargai itu sebagai satu bentuk kecintaannya terhadap anda, bukan otoritasnya sebagai orangtua.

0 komentar:

Posting Komentar