Selasa, 29 Juni 2010

Seven habits

Struktur sosial ekonomi masyarakat kita berbentuk piramida, yang didominasi oleh kelas bawah, diikuti oleh kelas menengah dan kelas atas. Bentuk struktur sosial yang kita inginkan adalah belah ketupat yang didominasi oleh kelas menengah, dengan sedikit kelas atas dan kelas bawah di kedua ujungnya. Transformasi struktur sosial ekonomi dari berbentuk piramida ke belah ketupat dihadapkan dengan kendala pola pikir determinisme yang mendominasi kalangan menengah ke bawah. Dua pola pikir determinisme yang banyak dianut adalah:


Pertama, "genetic determinism", yang pada dasarnya mengatakan bahwa kita menjadi memble karena kita mewarisi gen-gen ke-memble-an di dalam chromosom sel-sel tubuh kita dari nenek moyang kita secara genetis (faktor keturunan);

Kedua, "environmental determinism", yang mengatakan bahwa kita menjadi memble karena faktor lingkungan. Kedua aliran determinisme sering dijadikan excuse untuk menjelaskan posisi kita yang berada di bawah. Kalau ditelusuri, pola pikir determinisme berasal dari pakar perilaku Ivan Pavlov.

Adalah Ivan Pavlov yang mula-mula mengemukakan teori mengenai terdapatnya hubungan langsung antara Stimulus dan Respons. Melalui percobaannya dengan anjing yang dikondisikan secara berulang-ulang setiap kali anjing disodori sekerat daging sambil dibunyikan bel (stimulus), lidah anjing dijulurkan dan air liurnya keluar (respons). Setelah terkondisi, anjing tetap saja mengeluarkan air liurnya ketika bel dibunyikan walaupun tidak disertai dengan sekerat daging. Nah, Ivan berpendapat bahwa manusia tidak ubahnya seperti anjing yang cenderung memberikan respons tertentu untuk setiap stimulus yang datang. Itulah sebabnya anak-anak sekolah (mahasiswa) pelaku tawuran kalau ditanya mengapa mereka tawuran pada umumnya menjawab bahwa mereka merasa tersinggung (respons) atas perbuatan atau perkataan yang dilakukan atau diucapkan oleh pihak lawan (stimulus).

Victor Frankl dalam bukunya "Men Search for Meaning" membantah teori Pavlov dengan mengatakan bahwa manusia sangat berbeda dengan anjing. Bagi manusia, antara stimulus dan respons terdapat "freedom to choose" (kemerdekaan untuk memilih). Kita memiliki kebebasan untuk memilih respons terhadap setiap stimulus yang datang, karena Allah Sang Pencipta melengkapi manusia dengan Furqon (berupa Al Qur’an yang membedakan antara respons yang haq dan yang batil), "independent will" (kehendak merdeka), "self awareness (kesadaran diri), "conscience (kata hati), dan imagination (imajinasi).

Respons yang kita pilih tergantung pada makna yang kita asosiasikan pada stimulus yang datang. Perbedaan antara orang-orang yang berada di kelas menengah ke bawah dan mereka yang berada di kelas menengah ke atas yang terpenting adalah dalam kebiasaannya. Benar bahwa orang-orang yang termasuk kelas menengah ke atas adalah orang-orang yang beruntung, karena keberuntungan diperoleh ketika persiapan bertemu dengan kesempatan.

Disadari atau tidak, yang dinamakan kesempatan atau peluang selalu berada di sekeliling kita setiap saat. Hanya mereka yang telah dan selalu mempersiapkan diri sajalah yang dapat mengenali dan menangkap setiap peluang yang datang. Bagi mereka yang tidak mempersiapkan diri, boro-boro menangkap peluang, bahkan peluang yang nyata-nyata disodorkan ke depan hidungnya pun disia-siakan karena tidak menyadari bahwa yang ada di depan hidungnya itu adalah peluang.

Presiden Bill Clinton menilai bahwa daya saing bangsa Amerika mulai tergeser oleh bangsa Jepang dan negara-negara industri baru di Asia. Salah satu cara untuk mengembalikan keunggulan bangsa Amerika menurut Presiden Clinton adalah dengan menerapkan "The Seven Habits of Highly Effective People" (Tujuh Kebiasaan Manusia Yang Sangat Efektif) yang ditulis oleh Dr.Steven R. Covey. Kalau bangsa Amerika saja yang sudah maju mau belajar dari Steven R. Covey, pasti ada hikmahnya bila kita juga mau mempelajari 7 kebiasaan Covey. Bukankah Rasulullah Saw pernah bersabda: "Hikmah itu milik orang Islam, dimanapun kamu mendapatkannya ambillah". Apakah kebiasaan itu ? Kebiasaan adalah pertemuan antara "knowledge" (pengetahuan), "skill" (keterampilan) dan "desire" (keinginan).

Menghentikan kebiasaan merokok misalnya, tidak cukup dengan memiliki pengetahuan tentang terdapatnya hubungan negatif antara merokok dengan kesehatan dan mengetahui cara berhenti merokok. Kalau hanya "knowledge" dan "skill" yang diperlukan, tentu tidak ada lagi dokter yang merokok. Mengubah kebiasaan mensyaratkan ketiganya. Percaya atau tidak, faktor yang ketiga yaitu keinginan, sangat dipengaruhi oleh makna yang kita asosiasikan pada kebiasaan tersebut. Perokok misalnya mengasosiasikan merokok dengan kenikmatan, sedangkan bukan perokok mengasosiasikan merokok dengan penderitaan.

Berikut ini adalah 7 kebiasaan manusia yang sangat efektif :

Kebiasaan Pertama, Proaktif.

Proaktif bukan sekedar berinisiatif. Proaktif berarti suatu keyakinan bahwa apa pun yang kita peroleh dalam hidup merupakan akibat pilihan respons kita sendiri. Kebiasaan pertama merupakan kesadaran bahwa antara stimulus dan respons terdapat "freedom to choose". Allah berfirman dalam Surat Ar-Rad 13:11 "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri". Kebanyakan orang berpikir bahwa ketidakbahagiaan mereka disebabkan karena apa yang terjadi pada diri mereka. Padahal yang benar adalah karena cara mereka memberi makna atas apa yang terjadi. Selalu ada pilihan untuk bereaksi secara positif terhadap situasi yang bagaimanapun negatifnya. Kemampuan untuk memilih respons seperti yang dikemukakan di atas, merupakan fungsi dari kemampuan kita memanfaatkan karunia Allah berupa Furqon (berupa Al Qur’an yang membedakan antara respons yang haq dan yang batil), "independent will" (kehendak merdeka), "self awareness" (kesadaran diri), conscience (kata hati) dan "imagination" (imajinasi). Dengan kata lain, kebiasaan proaktif menyatakan bahwa kitalah pemrogram kehidupan kita sendiri.

Kebiasaan Kedua, Mulai Dengan Akhir Dalam Pikiran.

Kebiasaan kedua adalah kebiasaan memiliki visi, misi dan tujuan. Kebiasaan ini menunjukkan arah dan cara menjalani hidup serta menentukan hal-hal yang penting dalam hidup. Islam mengajarkan pentingnya goal setting ketika Rasulullah Saw menyatakan setiap perbuatan tergantung niatnya. Kebiasaan mulai dengan akhir dalam pikiran mengajarkan agar kita menuliskan programnya.

Kebiasaan Ketiga. Dahulukan Yang Harus Didahulukan.

Mendahulukan yang utama merupakan kebiasaan yang menuntut integritas, disiplin dan komitmen. Kebiasaan ketiga merupakan perwujudan dari kemerdekaan memilih hanya melakukan hal-hal penting yang telah ditentukan pada kebiasaan kedua. Allah Swt berfirman dalam Surat Al Mu’minun 23:1-3 "Sungguh berhasil orang-orang mukmin, yaitu orang-orang yang khusyu’ dalam sholat mereka dan orang-orang yang berpaling dari perbuatan dan percakapan yang sia-sia", dan dalam surat Al-’Ashr 103:1-3 "Demi waktu, sesungguhnya manusia dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh, saling berwasiat dengan kebenaran dan saling berwasiat dengan kesabaran".

Juga dalam Surat Al Insyirah 94:7-8 "Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), maka kerjakanlah (urusan yang lain) dengan sungguh-sungguh dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap". Kebiasaan ketiga menekankan pentingnya memanfaatkan waktu.

Kebiasaan Keempat, Berpikir Menang-Menang.

Berpikir menang-menang berasal dari karakter yang dicirikan dengan kejujuran (menyesuaikan kata dengan perbuatan), integritas (menyesuaikan perbuatan dengan kata), kematangan (keseimbangan antara ketegasan dan toleransi), dan mentalitas kelimpahan (keyakinan bahwa karunia Allah tersedia tanpa batas bagi siapapun yang mengikuti sunnatullah atau "causality law").

Kebiasaan Kelima, Berusaha Mengerti Lebih Dulu - Baru (minta) Dimengerti.

Kebiasaan kelima menunjukkan bahwa "the secret of living is giving" (rahasia kehidupan adalah memberi). Rasulullah Saw bersabda bahwa tangan di atas lebih mulia daripada tangan yang di bawah. Petani yang berhasil mengetahui rahasia hidup tersebut, sehingga ketika ia bersawah ia tidak meminta sawah agar memberinya panenan, tetapi ia terus memberi dengan menyemaikan benih, menanam, menyirami, memupuk, menjaga tanaman padi dari serangan hama dan penyakit sampai tiba saat memanen. Dengan terus memberi, petani mendapat balasan yang berlipat ganda, dari satu butir berkembang menjadi tujuh tangkai dan masing-masing tangkai menghasilkan seratus butir, berarti 700 kali lipat.

Allah berfirman dalam Surat Al Zalzalah 99:7-8 "Barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat balasannya dan barangsiapa mengerjakan keburukan seberat zarrah, dia akan melihat balasannya", dan dalam Surat Ar-Rahman 55:60-61 "Tiadalah balasan kebaikan, melainkan kebaikan pula, maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan".

Juga dalam Surat Al Baqarah 2:261 "Perumpamaan orang yang memberi di jalan Allah, adalah seumpama sebuah biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada tiap tangkai itu berisi seratus biji, dan Allah melipatgandakan bagi siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.

Kebiasaan Keenam, Wujudkan Sinergi.

Bersinergi berarti keseluruhan lebih bernilai daripada jumlah bagian-bagiannya. Mengenai pentingnya bersinergi, Khalifah Umar bin Khattab pernah berujar bahwa kejahatan yang terorganisir dapat mengalahkan kebaikan yang tidak terorganisir. Yang harus diingat adalah agar dapat bersinergi setiap anggota memiliki lima kebiasaan di atas yaitu proaktif, mulai dengan akhir dalam pikiran, dahulukan yang utama, berpikir menang-menang dan berusaha mengerti lebih dulu baru dimengerti. Allah Swt.

mengingatkan agar kita hanya bersinergi dalam melakukan kebaikan bukan dalam berbuat dosa dan permusuhan (Al Maidah 5:2).

Kebiasaan Ketujuh, Mengasah Gergaji.

Rasulullah mengajarkan agar kita terus mengasah gergaji fisik, mental, sosial, emosional, dan spiritual kita ketika beliau bersabda: "Orang Islam adalah orang yang begitu sibuk memperbaiki diri, sehingga tidak memiliki waktu tersisa untuk mencari-cari aib orang lain. Orang Islam adalah orang yang hari ini lebih baik daripada kemarin dan hari esoknya lebih baik dari hari ini. Amal perbuatan yang paling disukai Allah adalah amal yang dilakukan terus menerus walaupun sedikit."

0 komentar:

Posting Komentar